Dengan semakin dekatnya pelaksanaan Pilkada 2011 mendatang, baik di kota maupun kabupaten, maka gelora masyarakat dalam hal dukung mendukung terhadap seorang figur atau bakal calon kini mulai terasa, bahkan semakin menajam. Masing-masing pihak punya argument dan berusaha untuk memenangkan bakal calon yang akan diusungnya.
Diakui atau tidak, sebenarnya krisis yang paling serius yang dirasakan sekarang ini ialah mencari sosok pemimpin yang ideal, yang mampu memperjuangkan kepentingan semua pihak.
Seorang Filsuf Cina bernama Khong Hu Tsu menyebutkan, “Barangsiapa yang hanya memikirkan kepentingan diri sendiri dan kelompoknya akan mendapat banyak musuh”. Dan hal ini cenderung dimiliki oleh seorang penguasa.
Sedangkan pembohong terbesar, masih menurutnya adalah orang yang paling banyak bicara tentang dirinya sendiri dan mengecilkan orang lain. Sikap serupa ini pun dimiliki oleh seseorang yang berambisi untuk menjadi penguasa. Beda sekali dengan sosok pemimpin sejati, seorang pemimpin itu selalu berusaha mawas diri dan selalu melihat kelemahan dirinya dengan memakai kacamata orang lain.
Secara khusus kita melihat bahwa seorang pemimpin itu adalah suatu sosok yang berakhlakul karimah dengan cirri-ciri yang melekat pada diri orang tersebut, antara lain : sidiq, tabligh (transparan), amanah dan fathonah (akuntabel), sehingga dikalangan awam maupun pihak lawan mengakui keunggulannya. Selalu berbuat sportif dan tidak akan berlaku curang dalam setiap kesempatan.
Apabila dihubungkan dengan banyak kenyataan yang terjadi di akhir-akhir ini dan selalu pula disorot oleh media massa, dapat kita saksikan dimana setelah seorang calon itu dapat terpilih dan duduk sebagai walikota atau bupati, berikutnya tidak lama kemudian diciduk oleh KPK dan langsung masuk ke penjara, suatu tragedi yang sangat memalukan.
Jika demikian halnya untuk apa pemilihan umum kepala daerah itu dilakukan, kapan lagi suatu daerah akan memiliki suatu pemerintah yang bersih dan berwibawa (Good Governance) yang menjadi tujuan pokok penegakan reformasi birokrasi sekarang ini.
Hiruk pikuk Pilkada 2011 kini sudah mulai terasa, diantara tokoh masyarakat sudah ada yang menyatakan dukungan terhadap seseorang yang dikenal baik dengannya, bahkan menyerempet-nyerempet pula ke soal lain, karena dia dianggap loyal misalnya, agar kondisi yang ada tetap terpelihara.
Berbagai acara kunjungan ke desa-desa menjelang ditetapkannya jadwal Pilkada tahun depan menjadi menarik untuk diperhatikan, sebagai bukti kepedulian terhadap warga. Agaknya pandangan-pandangan seperti itu sudah dianggap biasa pada setiap kali pesta demokrasi diadakan di negeri ini. Para petugas pun tidak ambil pusing, terserahlah kepada masyarakat pemilih untuk melakukan penilaian.
Namun jangan lupa “Sesungguhnya setiap pendengaran, penglihatan dan hati nurani itu pasti akan dipertanggung jawabkan”. Beramal ma’ruf nahi mungkar itulah tugas bersama dan netralitas PNS harus tetap dijaga. Jangan ada kesan bahwa seorang pejabat identik dengan penjahat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar